Bolehkan Pacaran, Yes or No ? Sesuai pandangan Islam
Pacaran, Yes or No ? masih tentang pacaran sesuai pandangan islam.byk pemuda skrg salah mengartikan yg namanya dgn cinta, mdh2n dgn membaca ini dpt menyadarkan apa yg sebenarnya hati kita harus lakukan dan kemana cinta itu kita arahkan,,,
a. Islam Mengakui Rasa Cinta
Islam
mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika
seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa.
Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.
“Dijadikan
indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik .”(QS.
Ali Imran :14).
Khusus
kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mengejwantahkan rasa cinta itu
dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling
penting dari semau itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila
seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk
memperlakukannya dengan cara yang paling baik.
Rasulullah
SAW bersabda,”Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang
paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang
paling baik terhadap istriku”.
b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal
Namun
dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan
manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya
ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu
syahwat dan ketertarikan sesaat.
Sebab
cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak
mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta
belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi
cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang
disaksikan oleh orang banyak.
Bahkan
lebih ‘keren’nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan,
melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang
bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan
wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi
seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan ‘pengayomnya`.
Bahkan `mengambil alih` kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas
bahunya.
Dengan
ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `the real gentleman`. Karena
dia telah menjadi suami dari seorang wnaita. Dan hanya ikatan inilah
yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul serorang
gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya
hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi the real man.
Dalam
Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya
kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan,
cium dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah
membenarkan semua itu. Kecuali memang ada hubungan `mahram` (keharaman
untuk menikahi). Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam
saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama
Kristen yang dulunya adalah agama Islam juga, namun karena terjadi
penyimpangan besar sampai masalah sendi yang paling pokok, akhirnya
tidak pernah terdengar kejelasan agama ini mengharamkan zina dan
perbuatan yang menyerampet kesana.
Sedangkan
pemandangan yang lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek
pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia
memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya
terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan
keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah
dilanda degradasi agama.
Barat
yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan
permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada
sebagian pemuda-pemudi Islam, tentu kita tidak melihat dari satu sudut
pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi
pada agama lain, bahkan justru lebih parah.
c. Pacaran Bukan Cinta
Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berentu sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemua langsung.
Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berentu sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemua langsung.
Semua
bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang
terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan
formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab
antara mereka. Bahkan tidak ada ketentuan tentang kesetiaan dan
seterusnya.
Padahal
cinta itu memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga
kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat,
sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.
d. Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan
Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.
Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.
Dalam
format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang
jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda
Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.
Dari
Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,”Wanita itu dinikahi
karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4]
agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari
Kitabun Nikah Bab Al-Akfa’ fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha’ Bab
Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)
Selain
keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih
pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak
mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah
ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.
Inilah
proses yang dikenal dalam Islam sebaga ta’aruf. Jauh lebih bermanfaat
dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan
yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja.
Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up,
berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal
nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.
Istri
tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana
terbaik dan juga lebih sering bertemua dengan suaminya dalam keadaan
tanpa parfum. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah
tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah
mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana
romantis saat pacaran.
Maka
kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah
penjajakan yang jujur, sebaliknya sebuah penyesatan dan pengelabuhan.
Dan
tidak heran kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun
segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi.
Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam
hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.
nah sobat2 yg udah terlanjur pacaran..
ada
solusi yg akan saya berikan.,tman2 gk usah buru2 mutusin
pasangannya..tapi minta tolong kpada ALLAH dulu, Ia akan memberikan
jalan yg tebaik,,dan tingkatkan ibadah teman2...
No pacaran, yes ta'aruf (perkenalan)
arahkan cintamu kpd ALLAH maka bidadari yg lebih indah daripada kamu bayangkan akan datang dgn sendirinya.
INSYA ALLAH..
demikian pembahasan pacaran sesuai pandangan islam
demikian pembahasan pacaran sesuai pandangan islam
Terima Kasih Untuk Semua Pengunjung/Pembaca KhaZaAm. Semoga Bermanfaat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar